"Ada saatnya semua akan menjadi biasa.
Matahari tetap matahari yang biasa, matahari
yang tak pernah mengharapkan apaapa. Dan
malam menjadi bukan mesra, bukan juga sunyi.
Suatu saat itu akan kita ketahui di suatu waktu
nanti. Rindupun menjadi biasa; orangorang itu
jauh tetapi kita tidak kesepian. Suatu saat yang
biasa itu menjadikan kita lebih menghargai ujian
dan kemenangan. Dan jiwa adalah berada ditengah-
tengah rasa; di antara sedih dan riang. Mati rasa
semacam detakdetak hidup dalam kematian. Kita
serupa pesakitan pada masamasa sedih dan ingin
segera datang, atau juga pada hidup yang penuh
tawa yang panjang. Mungkin kita baru sangat sadar
akan hidup yang fana, hidup yang tanpa iman. Hidup
tanpa cinta dari Rabbnnya."
(Mataram, 15 Agustus 2011)