Friday, July 31, 2015

blue moon

aku tak meminta banyak cuaca
datanglah seperi biasa
saat desember tiba
itu musim kita

aku ingin terus melihatmu
seperti bintang
menyalakan langit petang
kita melayang

jangan khawatir pergi
aku bisa menulis puisi
dalam hujan yang berganti
hingga musim bersemi

saat langit bersih
apa kau akan datang
seperti bulan biru
bersinar tenang

Denpasar, 31 Juli 2015

Monday, July 27, 2015

Desember

Desember. Desember. Apakah nama itu terdengar seperti sesuatu yang indah? Seperti pun dirinya, Desember, seandainya dia seorang perempuan pastilah begitu indah.  Desember adalah waktu untuk dewa matahari beristirahat, sambil menyeruput kopi ditemani suara hujan, sama seperti aku di sini, dewa matahari pasti sangat merindukan Desember, masa-masa ia mengingat kenangan selama setahun lamanya memberi kehangatan kepada pohon, bunga,  bebatuan. Ada sebuah lagu yang sering aku nyanyikan ketika desember datang. Lagu itu seperti sebuah doa, karena sesuatu benar terjadi. Desember, Desember. Seperti seorang teman yang sangat baik, ia datang membawa kenangan indah seperti dirinya, dan selama setahun lamanya saya selalu menantinya, Desember. Desember yang selalu saya rindukan, apakah tahun ini dia akan membawa seseorang itu kepada saya lagi? Ia benar-benar bisa mendengar setiap kata yang saya nyanyikan, setiap melodi yang saya petik. Desember yang baik.

Desember datang padaku
Aku harap bisa melihatmu
Tidak hanya dalam mimpi
Aku akan bersandar dimana kau bersandar
Apakah kau mempercayainya?

Desember akankah kau datang
Kembali bersama salju bahkan matahari
Jangan katakana ini selesai
Aku akan terus membawamu
Mengeluarkanmu dari tempat paling sepi
Yang pernah kau tahu

(Desember, by Norah Jones)

Always

Pada pertemuan kali ini
Aku yakin ia melihatku
Aku merasakannya
Tatapan yang aku suka
Cahaya mata yang penuh kebaikan

Tahun sebelumnya ia datang
Duduk disampingku
Dekat disisiku tapi aku merasa jauh

Kali ini berbeda
Ia duduk dan berbicara
Aku merasa benar-benar dekat
Perasaan yang hangat
Rasanya ia akan selalu datang

Mimpiku ia akan selalu datang
Nyatanya ia akan pergi

Entahlah,
Keajaiban itu ada.


Karena Kata


Selalu begini, beberapa kali bertemu selalu begini adanya. Aku hanya bisa melihatnya setahun sekali, jika tidak pada saat lebaran, biasanya setiap Desember. Ia selalu datang ketika tahun akan berakhir. Dan selama setahun sekali aku sudah terbiasa menunggu. Dan yang kerap terjadi tetaplah sama. Ia akan datang padaku dan duduk disampingku. Ia selalu datang padaku dan duduk disampingku. Kami berteman baik, dan aku merasa nyaman dengan itu semua. Ia menghormatiku sebagai teman, tapi aku merasa sebagai seorang teman yang spesial. Dan lebaran ini, pertemuan yg singkat. Hanya duduk dan berbicara. Seperti biasa. Seperti biasa. Setiap tahun aku selalu menunggu moment yg akan selalu begini. Seperti ini. Kali ini Ia akan pergi ke negeri jauh untuk studi masternya. Aku senang ia mendapatkan beasiswanya. Desember ini aku berharap bisa melihatnya lagi, lalu aku akan menunggu lagi mungkin 2 tahun lagi sampai ia kembali ke Indonesia. Dan, apakah ia akan seperti dulu, datang padaku, duduk disampingku, berbicara sebagai teman baik.
Tuhan.. Kapan aku bisa melihatnya lagi.. si baju biru. Ia benar-benar mengacaukan duniaku. Hatiku jungkir balik. Sepenuhnya.


Karena Kata” - Sapardi Djoko Damono

Karena tak dapat kutemukan
Kata yang paling sepi
Kutelantarkan hati sendiri
Karena tak dapat kuucapkan
Kata paling rindu
Kubiarkan hasrat terbelenggu
Karena tak dapat kuungkapkan
Kata yang paling cinta
Kupasrahkan saja dalam doa


Stand by Me




Si baju biru, orang yang selalu aku impikan, yang hanya bisa aku lihat ketika Desember. Desember tahun ini ia datang, seperti dulu seperti Desember tahun lalu. Aku bisa melihatnya kali ini bukan dalam mimpi. Dan hatiku masih bergetar seperti dulu, dan jiwaku masih kehilangan seperti dulu ketika ia pergi, kehilangan seperti dulu. Stand by me please. 

(Desember 26 2014)

falling

 
Pernahkah kita merasa jatuh
tanpa pernah merasa terbang?
love is flying
love is falling.

Come Here





Setiap Desember aku sangat berharap kau datang. Seperti dulu. Desember adalah musim kita. Aku tak meminta banyak musim, tapi datanglah di musim ini, musim dingin namun hangat, karena ada kau di sampingku. Kita memang hanya berteman, dan aku bersyukur dengan keadaan ini. Apakah aku belum siap untuk melangkah lebih jauh? Bagaimana kalau kukatakan yang sebenarnya, apakah akan teteap sama seperti sekarang? Pertemanan yang baik. Tapi apakah itu cukup penting jika aku ungkapkan? Aku rasa kau bisa merasakannya, dan kau cukup bijak untuk bersikap, sangat menghormatiku sebagai teman, dan itu anugrah yang indah. Aku tau akan sulit, takan bisa selalu bersama, tetapi betapa bahagia bisa bertemu, berbicara, duduk bersama, berjalan beberapa kali. Desember kali ini, aku berharap seperti desember sebelumnya; hujan yang hangat, rindang pohonan, bunga yang berwarna-warni. Pemandangan indah untuk bersepeda lalu menatap senja di pantai, seperti Desember kemarin. Apakah kali ini kita akan mengulanginya lagi? Ajak aku bersepeda ke pantai, sampai senja.


saat langit bersih
datanglah.
kita bersepeda sampai petang
sampai langit penuh bintang
lalu duduk dan berbicara
tentang tahun cahaya
sungguh bintang yang kita pandang
Sudah menghilang
hanya sisa ledakannya
Senantiasa tenang dalam jutaan tahun

(Awal Desember 2014)

"In My Life"



 "In My Life"

Aku mengingat beberapa kenangan, sesuatu yang kau lakukan yang menggetarkan hatiku. Kau menganggapku sebagai teman tentu saja, aku menganggapmu seseorang yang istimewa. Setiap kali kau duduk di sampingku, itu adalah waktu yang sangat membahagiakan. Kau mainkan gitar, aku memintamu menyanyikan sebuah lagu. Kau mainkan gitar, lagu yang sangat aku suka, lagu yang menyimpan banyak kenangan, “In My Life”, lagu yang berarti. Sepotong liriknya aku buatkan jadi puisi yang beberapa kali aku posting di media sosial untuk sahabatku Sarah Aisha. Kenapa kau mainkan lagu itu, dari banyaknya lagu Beatles kenapa kau mainkan lagu itu? Kenapa kau suka sekali membuat hati orang bergetar?

(Desember 2013)