Sunday, March 27, 2011

Mungkin Seperti Itulah ..

Aku terbayang orang lalu juga rindu aku pada dulu yang sekarang mencipta pilu,

kenangan memang sebuah hujan yang dimiliki musim gemericik lalu kabur kemudian deraslah saat ia mengguyur,

aku memang menghormati orang itu karena hormat serupa cinta dalam perdebatanku dengan malammu,

hatiku sangat menghormati artinya hatiku sangat mencintai mungkin seperti itulah, begitulah ..

Tuesday, March 22, 2011

Percakapan

Sendiri bukan berarti merasa sendiri dan kesepian ,,
Sendiri berarti sebuah kesempatan untuk mengenali diri,,
mengenali diri berarti mengenal Tuhan,,
Orang yang sedang dalam proses mencari tahu sisi sisi apa yang ada dlm jiwanya
berarti dia sedang dalam proses mencari sisi Tuhannya ..

(sebuah percakapan tadi siang)

Selamat Malam

Selamat malam hari minggu, apa kabarmu?

Aku tahu kau selalu saja sibuk seperti minggu minggu dulu

Aku senang kau selalu begitu dan sekarang hampir tak pernah tangan berpangku

Membuat rinduku tak pernah mengeluh

tetap saja mengalir ke hulu ..

Belum sempat


Seperti waktu yang hilang

Aku merasa bayang bayang semakin memanjang

Pada sendiri ingin menghapus jejak yang belum utuh

serupa hujan yang datang menyeluruh

Gugur semua yang di dalam dada

bersama deras meresap ke dalam tanah

Mereka belum sempat berucap sayang

Sayang.

Masih menunggu


Cerita kemarin telah berlalu, mereka menjadi kenangan baru

aku akan mencatatnya di dalam buku

setelah kutulis ternyata masih banyak yang belum terseduh

semua itu seperti masih menunggu

seperti juga daun yang mengeruh

sepertipun angin yang berderu ..

Semua terang terlintas begitu jelas

ketika aku melewati jembatan yang mengelupas,

jalan rasanya kian mengeras..

Pematah Hati dan Penguat Hati

Kalian yang dulu mematahkan hati, lelaki ..

Itu hitam kenapa berubah putih, mungkin dusta yang kau bungkus warna warni, berapa detik kau racik janji janji, semacam prosa yang manis dari bibir tapi mengalir yang asin di pipi serupa air, kau dapati warna lain pada mataku yang nyinyir, mungkin saja itu warna jantungku yang retak ke dalam butir butir, serupa kering biji kopi dari bukit jatuh bergulir. Tinggalkan aku di sini, aku akan menelan puisi kau tak perlu khawatir. Kau tak perlu khawatir.

Kalian yang dulu menaruh hati,lelaki ..

Kita pernah mesra berjalan di gang kecil ditemani hujan yang berganti rupa, berteduh di bawah ketapang yang setiap hari kita pertanyakan siapa yang menanamnya, satu dua kali kita duduk bersama daun mati sambil meminum kopi dalam cangkir yang sama menikmati pahit di lidah, kau pasti sepakat kalau aku mengatakan ini seperti kemarin hari, kita akan mengenangnya pada setiap musim musim. Pergilah mencari sejatinya diri, jika kita dipertemukan kembalii meskipun bukan di pagi hari mungkin di senja nanti, lelaki, aku ingin melihatmu menjadi penguat hati. Menjadi penguat hati.

CHAPTER IV: KEBIJAKSANAAN

Dosen Pembimbing:

Menulis itu seperti memasak mie ..

Kalo kamu memilih untuk memasak mie instant gampang saja,

tinggal nyalakan api kemudaian masukkan bumbu instant ..

Selesai ..

cuman belum tentu rasa mie itu lezat sesuai yang kamu mau.

Tapi kalo kamu mau membuat mie dengan racikan tanganmu sendiri,

kamu akan belajar bagaimana nikmatnya meracik bumbu sesuai dengan yang kamu mau,

memastikan garamnya cukup agar tidak asin,

memastikan agar mie itu memiliki cita rasa yang kuat.

Yang akan membuat siapa saja tidak bosan menikmatinya.

Sama seperti proposal thesismu sekarang ,,

raciklah bumbu di dalamnya hingga teori itu memiliki cita rasa yang kuat.

Itulah seninya menulis.

Aku:

Baik Bu ,, saya akan meracik bumbu dengan cita rasa yang kuat.

Terima kasih banyak, sampai jumpa nanti.

(Setelah bermimpi kesekian kali agar bisa melanjutkan thesis ke chapter IV,

harus mngkaji lagi hakikat chapter I,II dan III ..

according to my advisor in herbook "Filosopi Memasak Mie", membuat aku sadar apa sebenarnya chapter IV itu.

Kini aku mulai mengetik di hatiku .. "CHAPTER IV: KEBIJAKSANAAN")

Waktu Itu Hari Selasa

Di bangku panjang halte bis kota

saat matahari menuju senja,

waktu itu hari selasa

kita pertama kali bertemu mata di sana.

Motor hanya lewat satu dua setiap tiga jam sekali

seperti jalan raya depan kantor bupati

di tengah malam menjelang pagi

Sepi, semakin menjadi.

Kau melihatku lebih lekat

seperti berniat menjadi sahabat

Aku rasa kau mulai berminat

Apakah aku sungguh memikat?

Aku berharap kita bisa berjabat

kemudian menjadi dekat

mungkin nanti di suatu saat,

Ini hanya firasat.