Tuesday, March 22, 2011

Pematah Hati dan Penguat Hati

Kalian yang dulu mematahkan hati, lelaki ..

Itu hitam kenapa berubah putih, mungkin dusta yang kau bungkus warna warni, berapa detik kau racik janji janji, semacam prosa yang manis dari bibir tapi mengalir yang asin di pipi serupa air, kau dapati warna lain pada mataku yang nyinyir, mungkin saja itu warna jantungku yang retak ke dalam butir butir, serupa kering biji kopi dari bukit jatuh bergulir. Tinggalkan aku di sini, aku akan menelan puisi kau tak perlu khawatir. Kau tak perlu khawatir.

Kalian yang dulu menaruh hati,lelaki ..

Kita pernah mesra berjalan di gang kecil ditemani hujan yang berganti rupa, berteduh di bawah ketapang yang setiap hari kita pertanyakan siapa yang menanamnya, satu dua kali kita duduk bersama daun mati sambil meminum kopi dalam cangkir yang sama menikmati pahit di lidah, kau pasti sepakat kalau aku mengatakan ini seperti kemarin hari, kita akan mengenangnya pada setiap musim musim. Pergilah mencari sejatinya diri, jika kita dipertemukan kembalii meskipun bukan di pagi hari mungkin di senja nanti, lelaki, aku ingin melihatmu menjadi penguat hati. Menjadi penguat hati.

No comments:

Post a Comment