Di Fujimaru
Ketika Fujimaru meninggalkan Yokohama, aku sangat sunyi di tengah keramaian
Harmonika serupa lelaki yang kehilangan
Dia adalah rindu pada tanahnya yang tak berkesudahan
Pada aku, serenade kapal itu lebih melankolis dari warna awan
Yang putih kau kata sunyi, tak ada merah muda yang kerap kita simpan pada debar dada
Tapi kau lebih suka biru, yang haru dan menderu lukisan laut
Apa laut juga angin, yang bergelora seperti kau dan memberi denyut
Di Fujimaru itu, merah dan putih berkibar di tiup harmonika yang kalut
Kita berdiri di sisi tiangnya, dan pelabuhan lebih menyerupai jiwa yang hanyut.
Senja adalah lalu, Yokohama menjadi titik pada langit yang menjelma tanda tanya;
tentang samudera yang mendera juga cinta dengan takdirnya.
(Mataram, 27 Juli 2011)
No comments:
Post a Comment