Sepanjang Jalan Udayana
Sepanjang Jalan Udayana menjelang petang
suara azan di surau yang pintunya dicat hijau
tak semerdu waktu kita masih sering mengambil air wudhu
juga teratai yang tumbuh di sisi tiangnya semakin genang.
Adakah masih tikartikar lusuh di atas rumput itu berkeluh
tentang kita yang kerap duduk dan memesan jus jeruk
mungkin saja sepeninggal kita mejameja mulai berdebu
dan pintu warung samping surau masih menunggu untuk kita ketuk.
Sepanjang Jalan Udayana menjelang minggu
warung dan surau sama melankolisnya saat itu
kau suka melihat daun yang jatuh ditiup angin yang haru
apakah kau tahu, ada yang sedang jatuh ke dalam hatimu
ditiup matamu yang tibatiba saja berharu biru ..
(Mataram, 22 Mei 2011)
No comments:
Post a Comment