Wednesday, November 14, 2012

Tentang Beberapa Ingatan


: kepada ingatan lama yang masih manis


Saya baru saja berbicara dengan seorang teman tentang cinta monyet saya yang dulu, saya kepirian kamu, apa kabarmu sekarang? Kita pernah punya rasa yang sama, tetapi kita sulit sekali untuk bersatu. Salah satu alasan saya begitu keras saat itu adalah karena kita itu sepupu. Lihat betapa egoisnya saya.  Cinta adalah pengorbanan perasaan, dan segala masalah perasaan itu telah membuat kita lelah juga. Ternyata kita memang tidak berjodoh. Kamu memilih menikah dengan orang lain yang juga adalah sepupu saya dan juga sepupumu, kita bertiga sepupu dan teman sepermainan waktu kecil. Kalian sekarang adalah keluarga kecil yang bahagia, anakmu perempuan dan dia cantik sekali mirip seperti ibunya dan senyumnya manis sekali seperti kamu. Saya ingat isteri kamu menelpon saya ketika anak kalian lahir yang bertepatan dengan hari kartini. Ah, pernikahah yang indah tak terasa sudah cukup lama.


Beberapa bulan lalu saya diwisuda dan saya masih menyimpan sms-sms lucu kirimanmu dulu. Sms-sms itu membuat saya selalu bisa tertawa sampai sekarang. Syukurlah saya mencatatnya di dalam buku harian saya sebelum hp saya hilang ketika menyebrang ke pelabuhan Tano Sumbawa. Saya ingat hari itu, hari di saat kalian akan menikah bertepatan dengan hari ujian akhir semester saya. Saya menguatkan hati untuk datang dan berjanji  bahwa semua akan baik-baik saja meskipun saya tahu saya sangat begitu patah.  Saya datang juga akhirnya tetapi pernikahanmu sudah selesai.  Saya bertemu ibumu dan dia sedikit marah karena saya terlambat datang. Ibumu bilang kalau kamu mencari saya ketika akan mengucapakan sumpah pernikahan itu, kamu bertanya pada ibu kamu kenapa saya belum datang juga. Ibu kamu berkata seperti itu di depan isteri kamu, ah, entah mengapa tiba-tiba saya begitu ikhlas dan tulus dalam hati mendoakan semoga kalian senantiasa berbahagia.  Saya tak sadar sepulang dari acara pernikahan kamu ternyata saya menangis di atas sepeda motor, itu adalah airmata pertama saya yang jatuh untuk seorang lelaki.


Beberapa minggu setelah pernikahanmu saya sempat berkunjung ke rumah kamu, saya melihat hadiah pernikahan yang tidak begitu seberapa harganya karena saya tidak tahu harus membeli apa untuk hadiah pernikahan yang cocok untuk orang yang pernah saya sayangi itu terpajang di atas televisi di dalam kamar kalian. Saya sangat bahagia melihat kalian sekarang berbahagia dan sampai sekarang saya tetap mendoakan semoga senantiasa seperti itu. Syukurlah. Saya tak mungkin lupa kenangan-kenangan kita; kapan pertama kali kamu menggoda saya dan malam minggu pertama kita, kapan kamu mulai tak pernah memberi kabar dan saat kamu ajak isteri kamu itu pertama kali ke kontrakan saya saat kalian baru berpacaran dan saat itu saya berpikir itu akan menjadi kenangan yang paling patah. Tapi sekarang ingatan itu adalah ingtan yang sangat indah. Jatuh hati dan patah hati itu semuanya begitu manis bagi saya. Terimakasih banyak ya kamu baik sekali.

(Mataram larut, 24 Januari 2012)

No comments:

Post a Comment