Wednesday, November 14, 2012
beberapa sajak untuk saya dari seorang hudi leksono
catatan ini seperti harta karun untuk saya,
sangat berharga, terimakasih yah :)
Cendana
(sandalwood – Santalum album)
angin nusa tenggara
mengantarkan wangi cendana
hingga gelegak rasa mengaduk eksotik aroma
serupa ribuan tahun merindu
tak tersadar, tak bisa bersabar
melompati masa metamorfosa kepompong,
hingga ingin ribuan ulat bulu
di reranting dan dedaunan bersalin kupu-kupu
kupu kupu jantan
sayap bulu lukisan
warna abstrak dewa kasmaran
mengejar hitam mahkota menjuntai
sesekali sibak tergerai
berulang datang dengan tawa berderai
nakal, … hinggap di putih leher
mencecap manis madu asmara
sambil berbisik mesra, di sini cinta
hanya mengenal musim semi
seperti juga kayu cendana
yang selalu harum mewangi
harummu tubuh balutan cendana
harummu cecap rempah nusantara
terhirup nikmat therapy aroma makna
tersesap nikmat rasa bumbu aksara
seuntai ronce tasbih kayu cendana
jagalah ia jangan terputus untainya
sebab siapa yang akan menjaga roh kudus cinta
selain putih hati kita
(June 11 2011)
Sajak Lukisan
@ Fahrunnisa Hidayat
sajak di dadamu penuh lukisan
camar terbang langit biru tipis awan
layar kapal mengembang
pasir putih terbentang kulit lokan berpancaran
matahari menuju tenggelam
ranting bakau menuju pantai
tiang lampu nyaris patah bola lampu sudah pecah
café café malam mulai berwarna cahaya
keriput kursi kayu kembali diduduki lelaki muda
yang menyeruput kopi sendirian saja
gitar yang mulai jatuh melantai di pasir pantai
suara yang ingin diteriakkannya tapi tak sampai
suatu hari aku ingin menghadiahimu
satu set warna warna yang kuracik sendiri
dari bahan bahan alami yang kutanam sendiri
dari kunyit dari coklat dari terong ungu dari bunga rose
aku ingin lukisan di dadamu semakin alami
menyerupai alam tempatmu berpijak tempatmu bernafas
bila tak sempat aku sampai pantai senggigi
cukuplah memandangi lukisan indah di dadamu saja
satu pesanku carilah kuas pallet yang kokoh kuat
dari kayu api api yang didatangkan ombak
yang dibakar matahari yang disapu badai
_______________________________________________________
terinspirasi dari sajak Senggigi Menjelang Petang _ Fahrunnisa Hidayat
(December 31 2011)
B I R U
Masih terlalu pagi
Ransel biru yang setia menemaniku
Serasa ingin mengajakku segera berlalu
Meninggalkan sepi sebelum langit biru
Biarkan kesendirian itu mati,
bersama sisa gulungan pita kaset ngeblue yang kusut
ke mana kita sekarang
mencari merah, katanya
di mana
di kapal kapal nelayan yang dicat merah
di sawah sawah petani yang menanam bawang merah
di seragam merah putih murid sekolah dasar
yang meniti jembatan hampir ambruk
di sisa bara puntung rokok teman teman yang menulis puisi
tentang kebebasan, kejujuran, keadilan, keberanian
dan tentu saja cinta
di sisa nyala bara api ban bekas yang dibakar demonstran kemarin
yang berteriak lantang tolak kenaikan BBM sebab semakin Berat Beban siMiskin
dan tentu saja di hatimu
yang telah kutanam mawar
(Maret 23 2012)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment