Pada
awalnya aku sudah merasakan, bahwa aku akan pergi ke tempat jauh dalam jangka
waktu yang lama dan dalam waktu dekat ini secepatnya. Aku menunggu masa-masa di
mana aku akan meninggalkan semua yang ada, seolah-olah menunggu masa-masa kehilangan,
kehilangan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diri. Betapapun besar rasa
sayang yang kita miliki saat itu, kepergian mengajarkan kita untuk menyadari
bahwa tidak semua apa yang kita sayang bisa selalu kita miliki, dan bahwa
betapa sedih dan hening dalam hati ketika berjalan sendiri meninggalkan
orang-orang yang kita sayangi tetapi rasa sayang itu justru bertambah semakin
kuat dalam hati ketika kita semakin jauh dan sendiri. Orang-orang akan mengerti rasa sayang yang
teramat kuat itu ketika mereka menjadi bagian dari orang yang meninggalkan. Aku
adalah orang yang meninggalkan, meninggalkan anak-anak jalanan yang selama ini
telah menjadi bagian penting dalam diriku dan betapa aku ingin selalu bisa
mendebarkan rasa cinta yang tulus ke dalam setiap hati kecil mereka agar mereka
memiliki rasa cinta yang kuat untuk terus belajar. Hidup sudah dipilih, hati
sudah memutuskan, tentang jalan baru yang akan segera dilalui. Ini bukan
tentang seberapa jauh jarak yang akan ditempuh, ini tentang sebuah perjalanan,
tentang proses dari kehidupan. Begini ternyata rasanya menjadi orang yang
meninggalkan, aku tinggalkan rumput-rumput yang semakin meninggi di taman
budaya, pohon-pohon yang tumbuh semakin kuat, lampu-lampu jalan yang menua,
warung jack yang selalu mengajakku berbicara tentang cinta dan kebenaran. Aku
meninggalkan orang-orang yang baik hati itu, adalah mereka yang telah
memberikan cinta, betapa lembut perasaan yang telah ditiupkan dalam dada,
perasaan yang tetap akan ada dalam ruang-ruang dada dan tidak bisa tergantikan,
orang-orang yang telah meninggalkan kenangan yang akan tetap hidup dalam
ingatan, orang-orang yang telah merasa kehilangan karena telah aku tinggalkan.
Betapa nama-nama mereka selalu berdetak dalam hati, anak-anakku yang sedang
menumbuhkan cinta dalam dadanya dan sahabat-sahabatku yang telah menumbuhkan
cinta.
Malam-malam
sunyi semkain datang di tengah keramaian suara-suara, di tengah hujan yang
deras, semuanya akan selesai, sebentar lagi. Aku bisa merasakan malam-malam
terakhir di warung jack, malam ketika orang-orang warung menyanyikan lagu
perpisahan. Juga merasakan tawa anak-anakku yang semakin menggema. Tanggal 12
April 2012, sahabatku Arun dari Samarinda datang ke Mataram. Dia sudah membeli
tiket ketika aku mengatakan bahwa aku akan pergi. Menjelang hari-hari
perpisahan itu aku justru sedang sibuk-sibuknya mengurus seleksi program
pertukaran pemuda antar negara, aku dipercaya sebagai kordinator acara. Aku
menyadari dengan kesibukan menjelang kepergian ini akan ada perasaan-perasaan sayang
yang terlupakan sejenak, hanya terlupakan tapi tidak terhapuskan. Perasaan
sayangku terhadap seseorang yang entah untuk apa dia datang dalam ruang dada
paling sunyi, aku tidak pernah memintanya untuk masuk ke dalam ruang dada itu,
tapi Tuhanlah yang mengirimkannya dan tiba-tiba dia sudah ada dalam dada dan
aku tidak tahu kapan pintu itu telah aku buka. Aku sadar aku akan
meninggalkannya, tetapi dia telah pergi sebelum aku tinggalkan tanpa sehelai
katapun. Ini memang jalan yang sudah digariskan, aku harus merasa kehilangan
sebelum aku membuat orang lain kehilangan. Baiklah, hari itu akan segera
datang.Sebentar lagi matahari akan bersinar, sebentar lagi.
:lelaki yang seperti kopi; hangat dan manis
aku rasa perasaan ini memang sudah selesai, dan jalan yang baru sedang akan dimulai.
(bojonegoro 2012)
No comments:
Post a Comment