Sunday, January 22, 2012

Senggigi Menjelang Petang

Senggigi Menjelang Petang


Menjelang petang, angin kerap tiba-tiba dingin.

Orang-orang yang lelah pulang kerja seperti pun

burung-burung putih, dan kau rasaikah? degup

jantung kota yang menjadi syahdu serupa detak

jantungku di remang dada? Entah mengapa aku

ingin duduk dekat dengan kau sayang, bagaimana

kita saling mendengar debar di jantung masing-masing

dan menjadi gamang tiba-tiba; membiarkan bunga-bunga

itu tumbuh dengan sendiri dalam ruang dada paling sunyi.

Sebelum hari menjadi malam, kau akan melukis bagaimana

senja telah lama menenangkan kota, menghangatkan

jagung-jagung bakar di sepanjang jalan senggigi,

juga menggetarkan puisi laut paling sepi;

hidup yang pelan-pelan menemu arti.


Menjelang petang, pintu cafe lebih suka melankolis.

Remang pantai, cemas lampu, dingin kursi, dan tua gitar,

semua kerap saja menyuarakan betapa rindu jiwaku sayang,

dan musim ini kau rasaikah? pancaran warna paling dalam,

warna hijau langit paling malam?

(Mataram larut, 2011)

No comments:

Post a Comment