Sunday, January 22, 2012

Coretan

Hari ini ia merasa seperti saat pertama kali mengenal apa itu sajak.

Saat itu ia sedang jatuh hati sekaligus patah hati dalam waktu

yang bersamaan, hati yang cukup hebat. Di sepanjang hidupnya,

sesuatu yang paling sajak dalam ruang-ruang dadanya adalah

sebuah kata paling kata yang tak sempat terucap.


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu

kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan

kepada hujan yang menjadikannya tiada.*


Begitulah yang sering dibacakan beberapa teman

ketika ia jatuh hati sekaligus patah hati. Sebuah

sajak memang bisa menjadi sama saja rasanya ketika

menangis atau tertawa. Ia merasa begitu terlambat

menyadari bahwa hujan memang sedang membasahi

sebuah jalan di dadanya. Ia selalu terlambat mengetahui

cuaca. Sesesal-sesalnya terlambat, ia lebih menerima dari

tidak sama sekali. Dan terhadap coretan ini, coretan yang

terlambat ini, ia berharap sesuatu yang tepat waktu.

(Mataram blues, 7 Januari 2012)

*SDD

No comments:

Post a Comment