Sunday, January 22, 2012

Lalu Dia

Lalu Dia*)


yang angin, dari utara ruang di tua dadaku

tanya serupa kau, memburu kenangan abu dan mistis waktu;

umpama sampai kapan angin akan berhenti membawa debu

menutup kota-kota, mengubur lembaran album dan buku-buku

atau rahasia tentang berjuta abad langit yang bukan biru

semesta yang kelabu.


oh, sesuatu yang lalu itu bukan berdetak dalam kepala

tetapi yang angin, berhembus dengan syahdu di dada kau Lalu Dia*

ketika warna langit bertambah muda

apakah kita akan pernah berhenti bertanya

bilamana daun-daun tak berjatuhan di musim gugur

mengabarkan tentang waktu yang akan beku

apakah setelah membeku, sebuah bintang akan meledak hancur?


Lalu Dia kekasihku,

mungkin jiwa memang air, yang semakin dalam semakin tenang

dan purnama yang separuh itu belahan jiwamu yang hilang.


(Mataram, September 2011)

*)Lalu : sebutan gelar bangsawan laki-laki sumbawa

No comments:

Post a Comment