Lalu Dia*)
yang angin, dari utara ruang di tua dadaku
tanya serupa kau, memburu kenangan abu dan mistis waktu;
umpama sampai kapan angin akan berhenti membawa debu
menutup kota-kota, mengubur lembaran album dan buku-buku
atau rahasia tentang berjuta abad langit yang bukan biru
semesta yang kelabu.
oh, sesuatu yang lalu itu bukan berdetak dalam kepala
tetapi yang angin, berhembus dengan syahdu di dada kau Lalu Dia*
ketika warna langit bertambah muda
apakah kita akan pernah berhenti bertanya
bilamana daun-daun tak berjatuhan di musim gugur
mengabarkan tentang waktu yang akan beku
apakah setelah membeku, sebuah bintang akan meledak hancur?
Lalu Dia kekasihku,
mungkin jiwa memang air, yang semakin dalam semakin tenang
dan purnama yang separuh itu belahan jiwamu yang hilang.
(Mataram, September 2011)
*)Lalu : sebutan gelar bangsawan laki-laki sumbawa
No comments:
Post a Comment