Monday, December 12, 2011

Kadang Musim

Kadang Musim


kadang, ia ingin duduk di bangku taman

di sore-sore menjelang musim angin

Ia sangat ingin melihat daun yang berguguran

Berserakan menutup sepatunya yang dingin

Kala jiwanya sangat bisa menangis sambil tertawa

Ia sangat ingin duduk di bangku taman.


kenapa irama daun yang jatuh itu begitu syahdu, pikirnya.

dipejamkan matanya agar suara-suara meresap dalam dadanya

merasai warna-warna pohon yang kuat, dahan yang coklat

serupa jiwa; yang semakin menua semakin kuatnya

ia dengar tawa-tawa di tanahnya yang jauh

suara tenang kampungnya yang mendongeng sore-sore

juga debaran lembut jantung ibunya;

seperti ada udara yang menjadi hangat tiba-tiba

menyelimuti jemarinya memeluk jiwanya;

yang angin, yang pohon, yang musim.


Kadang, ia sangat ingin bisa duduk di bangku taman.


(Mataram, 21 Oktober 2011)


No comments:

Post a Comment