Kadang Musim
kadang, ia ingin duduk di bangku taman
di sore-sore menjelang musim angin
Ia sangat ingin melihat daun yang berguguran
Berserakan menutup sepatunya yang dingin
Kala jiwanya sangat bisa menangis sambil tertawa
Ia sangat ingin duduk di bangku taman.
kenapa irama daun yang jatuh itu begitu syahdu, pikirnya.
dipejamkan matanya agar suara-suara meresap dalam dadanya
merasai warna-warna pohon yang kuat, dahan yang coklat
serupa jiwa; yang semakin menua semakin kuatnya
ia dengar tawa-tawa di tanahnya yang jauh
suara tenang kampungnya yang mendongeng sore-sore
juga debaran lembut jantung ibunya;
seperti ada udara yang menjadi hangat tiba-tiba
menyelimuti jemarinya memeluk jiwanya;
yang angin, yang pohon, yang musim.
Kadang, ia sangat ingin bisa duduk di bangku taman.
(Mataram, 21 Oktober 2011)
No comments:
Post a Comment