Friday, December 16, 2011

Perempuan Pasir dan Sayur

Perempuan Pasir dan Sayur


Teman-teman kostnya tahu ia perempuan yang mengoleksi pasir. Ia selalu meminta dibawakan pasir sebagai oleh-oleh ketika teman-temannya jalan-jalan ke luar kota. Ada lebih dari puluhan jenis pasir yang tinggal di kamar kostnya, tapi ia tetap merasa ada sesuatu yang hilang dan belum ditemukan, mungkin segenggam pasir di jantung seseorang.


Selain suka pasir ia juga sangat suka sayuran. Dulu ia tidak suka sayur, tapi setelah hasil tes kesehatan mendeklarasikannya bahwa ada sesuatu yang menjadi berbeda dalam jantungnya, ia tak tahu apa itu, yang jelas sangat berbahaya dan warnanya bukan hijau. Sejak saat itu ia memutuskan untuk hanya memakan sayur. Sudah lebih dari setahun ini ia hanya memakan sayuran dan berharap sesuatu yang berbahaya dalam jantungnya itu paling tidak berwarna hijau seperti rumput muda yang polos. Ada beberapa teman terdekatnya yang juga hanya memakan sayuran.


Yang pertama adalah Kalia yang memakan sayuran dan berjanji hanya akan memakan daging ketika gratis saja. Kalia adalah seorang yang sangat mencintai bumi. Menurutnya, memakan daging sama dengan menghabiskan 1 hektar rumput, dan ia tak suka melihat ladang tandus tanpa warna hijau muda. Beberapa hari lalu mereka menanam bibit pohon di bukit kecil tandus di Sembalun, kaki Rinjani. Ketika mereka menanam bibit itu, ada dua kejadian yang membekas di hati; pertama adalah hujan yang turun tiba-tiba ketika proses penanaman, yang kedua adalah sekelompok orang yang sedang menebang pohon ketika mereka sedang menanam. Perempuan pecinta pasir itu kemudian meniup harmonika di tengah hujan di kaki Rinjani; mereka menikmati hidup yang hijau dan saling menukar puisi ketika galau.


Temannya yang kedua adalah seorang perempuan yang menyebut dirinya “freaky princess”, namanya Ziad, seorang yang cukup lama hanya memakan sayur. Kata-kata yang paling ia suka dari Ziad adalah “Ketika aku memakan sayuran, aku merasa lebih cantik.” Ia tak tahu itu benar atau tidak, yang jelas, yang ia rasa bahwa ia sekarang merasa lebih cantik ketika memakan sayuran, itu dirasakannya setelah Ziad mengatakan kalimat itu.


Yang terakhir adalah Kadek, temannya dari Bali yang sekarang melanjutkan S2 di Bangkok. Kadek tidak hanya tidak memakan daging, tapi juga ikan, seefood, telur, dan tidak minum susu. Ketika di Jakarta setahun lalu, semua teman-teman mereka menyantap makan malam dengan ayam dan bebek lalapan yang telat matang itu. Ketika itu mereka berdua menikmati makan malam dengan semangkuk mie rebus. Kadek seorang lelaki Bali yang sangat manis, mereka mencuci piring berdua saja setelah itu.


Semenjak ia memutuskan hanya akan memakan sayur, ia merasa menjadi seorang yang cepat lelah. Pernah di suatu Juli yang lalu ia telah mendonorkan darahnya di sebuah kegiatan sosial, dan akhirnya di minggu berikutnya pada bulan puasa, di sebuah mall di kota yang sangat indah, ia sukses pingsan. Iyah, iya pingsan di depan penjual softlens dan ketika sebentar lagi akan menghadapi ujian skripsinya. Ia tetap memutuskan untuk memakan hanya sayuran dan tetap begadang, keputusan itu lebih dari ia mencintai sesuatu yang hijau.


Seperti halnya memakan sayuran yang membuatnya merasa lebih cantik, ia juga merasa pasir yang ia koleksi itu amatlah cantiknya. Seperti ada bintang yang memecah dirinya menjadi serpihan kecil berwarna putih, hijau muda, biru yang dalam, hingga ungu yang syahdu. Seperti dirinya yang dahulu kecil, kemudian muda dan sebentar lagi tua. Mungkin itulah yang membuat perempuan itu mencintai pasir dan sayur. Ia memutuskan untuk menikmati setiap warnanya, dan teman-teman kostnya sangat tahu itu. Mereka akan melihat warna matahari tenggelam di Senggigi pada hari minggu esok.


(Mataram siang, 16 Desember 2011)

No comments:

Post a Comment