Jalan ke Barat
Jalan-jalan itu suka sekali membawanya ke barat
seperti ada jejak dalam dadanya yang terjerat
ia pun terus membaca pelan-pelan ke jalan itu
suara hatinya sendiri yang menggema seperti di lapang
apa mungkin aku di dalam lapang, pikirnya.
Ia terus membaca ke barat, dilaluinya segala penat
segala simpang yang kerap membikin tersesat
kucing-kucingan dilihatnya berlalu-lalang dengan gelap
seperti hendak akan kembali ke senyap
“Apa mungkin jalan itu yang membawaku ke Sana?”
Ia lihat wajah-wajah yang tertawa pada petang
pada segala yang membikin remang
dan orang-orangan banyak memeluk bayang
ah, ada juga yang bermain putus benang layangan
petang-petang yang suka merapat begitu lekat
ia tetap berjalan ke barat, ke hati dan segala yang pekat.
(Mataram larut, 7 Desember 2011)
No comments:
Post a Comment